Virus Corona: Konspirasi dan Masa Depan Demokrasi

Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Otak neokorteks yang biasanya sangat handal mendadak tumpul. Ia tidak lagi diberi pilihan menimbang, meresapi makna dan menentukan sikap. Reaksi manusia sepenuhnya dikontrol oleh mobilisasi rasa cemas dan panik.

Pada saat-saat ini pesan utama kesehatan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, kehilangan gaungnya. Mereka yang mengangkat perlunya makanan yang sehat justru di-bully habis-habisan.

Dianggap tidak penting. Padahal sikap ilmiah mengajarkan perlunya mencari berbagai kemungkinan. Karena di tengah ketidakpastian ilmiah, ketiadaan bukti tidak berarti mengalpakan alternatif yang tersedia.

Terombang ambing, publik akhirnya absen menjaga kesehatan. Karena menu makan, olahraga rutin, dan mengontrol gaya hidup adalah nomor antrian kesekian dari APD.

Akibatnya amat jauh. Anggaran membengkak untuk belanja rupa macam instrumen pencegah. Meskipun acapkali diragukan efektivitasnya bahkan oleh pakar medis sendiri.

Beberapa di antaranya amat mirip dengan reaksi abad pertengahan, seperti jimat, mantra, jampi-jampi. Di tengah rasa aman yang relatif itu, publik tergopoh-gopoh mengikuti semua petunjuk. Pasrah.

BACA JUGA:
Menaker Keluarkan SE Aturan Mudik Bagi Pekerja/Buruh dan PMI
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More