Virus Corona: Konspirasi dan Masa Depan Demokrasi
Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)
Semuanya itu bukan soal konspirasi. Jelas bahwa perubahan sosial dan politik itu berlangsung sebagai ikutan vertikal. Alhamdulillah, struktur represi menyingkir. Era kesetaraan pun dimulai. Mungkin itu yang disebut New Normal masa itu.
Doktrin Kejut
Pandemi berkali-kali hadir dalam sejarah. Meskipun, sama-sama memicu ketakutan publik, efek sistemik virus pandemi tidak persis sama. Pandemi abad pertengahan belum mengenal ekonomi pasar.
Saat ini, virus bergandengan dengan kekuatan pasar. Ketika panik mendahului rasionalitas, pasar melihat itu sebagai keuntungan. Prinsip dasarnya adalah setiap momen merupakan peluang. Setiap peluang adalah akumulasi kapital.
Bencana atau tragedi bukan pengecualian. Tengok saja saat banjir. Bukannya membantu masa rakyat yang pilu, semua harga malah ikutan lompat galah.
Itulah yang bikin beda. Karena itu, kalaupun konspirasi biologis virus mudah disangkal, terdapat teori konspirasi lain yang belum dibantah.
Pun belum banyak didiskusikan. Yakni bahwa Corona yang pada awalnya adalah tragedi kesehatan, kemudian dikembangkan sedemikian rupa menjadi economic shock. Kehadirannya adalah tsunami bagi sendi-sendi ekonomi konvensional.