Virus Corona: Konspirasi dan Masa Depan Demokrasi

Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Sampai pada 2005 pembunuh itu diberi nama H1N1(H adalah hemagglutinin dan N merupakan neuraminidase, keduanya adalah protein) yang memiliki beberapa wujud berbeda.

Fakta lain yang tidak bisa disangkal tentu saja adalah akibatnya. Black Death menghabisi 60 % dari populasi Genoa Italia. Wabah juga menyapu 30 % penduduk kota Marseilles, Padua, dan Milan.

Tingkat kematian yang demikian mengerikan mendorong lahirnya berbagai sistem kesehatan publik di banyak negara. Radar global peringatan terhadap pandemi secara perlahan terbentuk.

Lebih dari itu, dampak virus melampaui urusan kesehatan. Bencana Black Death berlalu, goncangan sosial yang luar biasa membayangi Eropa. Jumlah tenaga kerja merosot drastis. Petani yang dulunya bekerja pada majikan kaum bangsawan mendadak jual mahal.

Selain karena tenaga buruh terbatas, mereka juga “emoh” mengikuti pola eksploitasi cara lama. Bukannya patuh, mereka minta gaji naik dan tunjangan hidup mirip dengan sang majikan. Akibatnya peran dan legitimasi struktur sosial bangsawan dan agama (gereja) lesap secara tajam. Embrio “enlightenment” pun dimulai dari sini.

BACA JUGA:
Sanksi Menegakkan  Disiplin Protokol Kesehatan Tidak Memberikan Efek Jera
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More