Uskup Maumere Mgr. Edwaldus Beri 6 Catatan Kritis Perayaan Pra-Sinode Uskup Sedunia

Kita tentunya tetap melihat dengan penuh kerendahan hati, betapa gereja pun harus menghormati kekayaan tradisi budaya, dan tidak dengan arogan melenyapkan dan menghancurkan budaya masyarakat setempat. Saya sendiri menemukan nilai-nilai positif dari pelbagai masukan forum ini agar kita senantiasa menghormati kemanusiaan orang-orang yang kita jumpai, dan kita tidak boleh  terjebak dengan kesombongan Institusi
Gereja dengan merendahkan dan melenyapkan kearifan lokal yang dilandasi cinta kasih dan persaudaraan. Sejumlah pendapat yang saya catat (dan saya analisa dengan cermat) hendaknya membawa kita pula
pada kerasulan sejati untuk menggarami dan menerangi kehidupan dunia.

Gereja dengan ajaran imannya telah berdialog dengan kehidupan masyarakat/dan budayanya dalam kelebihan dan keterbatasannya dan dialog kemanusiaan melampaui sekat-sekat kepentingan dlaam kehidupan iman dan masyarakat itu sendiri.

Keempat, tema tentang Dialog Gereja dan Politik. Saya merasa tergugah dan tertarik dengan rangkuman hasil katekese yang telah diselenggarakan dan setelah mendalami dengan cermat, saya menemukan
betapa Gereja Keuskupan Maumere  dan masyarakat kita, telah melahirkan tokoh-tokoh besar dalam dunia perpolitikan dan kita diakui sebagai barometer politik Flores dan NTT. Kita tidak saja menghasilkan orang
yang berkualitas tetapi kita juga menciptakan sistem perpolitikan yang demokratis. Ada rasa bangga dan rasa kagum mendengar hal ini, namun pada ranah kehidupan yang lain, kita mesti membuka diri pada masukan narasumber betapa dialog Gereja dan politik belum memasuki isi/inti yang paling dalam dari karya kerasulan Gereja yakni menghasilkan masyarakat yang jauh dari ketidakadilan, kemiskinan dan kekerasan.