
Uskup Ewald Pastikan Pengelolaan Logu Senhor dan Objek Wisata Rohani di Keuskupan Maumere Dilandasi Spirit Duc In Altum
“Diperkirakan pada tahun 1608 Moang Lesu kembali dari tanah Malaka didampingi seorang Guru Agama yang berkebangsaan Portugis bernama Agustinho Rossario Da Gama yang bergelar Moang Morenho. Setibanya di kampung Sikka, Moang Agustino Rossario Da Gama menyelenggarakan upacara pengukuhan kembali Moang Lesu Menjadi Raja Sikka.”
Selain itu juga, lanjut Redemptus, Moang Agustino mulai mengajar iman katolik kepada keluarga raja serta semua warga masyarakat Sikka, sekaligus memimpin upacara– upacara Liturgi Gereja termasuk upacara
Liturgi Prosesi Logu Senhor pada hari raya Jumat Agung yang dalam bahasa Sikka disebut “Sexta Fera”.
Redemptus menegaskan bahwa Logu Senhor berarti berjalan di bawah usungan Salib Senhor sambil membawa lilin yang bernyala di tangan seraya berdoa dalam hati semoga intensi atau permohonan mereka
dikabulkan oleh Tuhan Yesus yang menderita dan Wafat pada hari itu.
Salib Senhor merupakan suatu Rahmat dan kekuatan dari Allah yang dapat menyembuhkan orang dari segala jenis penyakit yang sulit disembuhkan secara medis, yang belum dikarunia keturunan bahkan juga membebaskan orang dari penderitaan apapun. Para peserta Prosesi Logu Senhor memberikan kesaksian iman bahwa dengan mengikuti upacara ini, Tuhan mengabulkan doa dan permohonan mereka. Logu Senhor ini mengungkapkan pentingnya nilai Religius dalam kehidupan orang Sikka dan sekaligus menyadarkan orang akan kerapuhan hidup, yang hanya mendapatkan kekuatanya dalam kehidupan Agama. Devosi ini juga berguna dalam melestarikan nilai–nilai agama yang khas katolik. Selanjutnya sejak saat itu upacara Logu Senhor tetap dilaksanakan pada setiap Hari Raya Jumat Agung dibawah Pimpinan Moang Agusthinho Doa dan Rossario Da Gama.