Uskup Ewald Minta Imam Keuskupan Maumere Harus Jeli Hidup di Zaman yang Dikendalikan Internet dan Media Sosial

 

Bertahun-tahun hidup sebagai seminaris dan frater dalam konvik pembinaan, lanjut Uskup, membuat kita akhirnya dengan penuh kedewasaan menemukan makna sahabat dalam perjalanan panggilan kita.”Imamat suci lebih mempersatukan kita dalam imamat Yesus Kristus sendiri, dan setelah berjalan, baik pada awal imamat hingga masa waktu yang panjang, kita pun memandang imamat seperti dua murid di perjalanan
menuju Emaus,” kata Uskup.

 

Menurut Uskup, hidup panggilan kita harus membawa kita pada komunitas perjuangan, betapa segala yang kita lihat dan kita dengar, segala cita-cita dan niat yang baik, hendaknya kita bawa dalam hati Yesus
yang rahim dan berbelas kasih.

 

“Imamat tidak menjadi corong prestasi dan prestise atau bukti privilese kehidupan. Imamat adalah sebuah perjuangan tiada akhir untuk sampai pada keabadian dalam meja perjamuan bersama Sang Guru Sejati,
yakni Yesus Kristus. Semakin kita bertolak ke tempat yang dalam, maka kita terus memandang Yesus sebagai bagian yang terkait pada seluruh hidup kita, yang selalu bertanya ‘Apakah kita mengasihi Yesus? Dan Ia selalu bertanya pada kita “apakah kita mengasihi Dia hingga akhir?,” kata Uskup.

BACA JUGA:
Pimpin Misa Syukur 25 Tahun Imamat Dua Imam CP, Uskup Maumere: Jadi Imam untuk Umat
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More