Urgensi Tanggung Jawab Ekologis
Eksploitasi sumber daya alam demi pemenuhan hasrat hidup manusia telah menimbulkan kerusakan ekologi global. Pengembangan sains yang tidak disertai wawasan spiritual karena cenderung materialistis menyebabkan malapetaka berupa rusaknya keseimbangan alam.
Matinya Etika dan Sikap Kritis
Kehancuran ekologi yang sedang melanda bumi, hemat penulis dipengaruhi oleh minimnya nalar kritis serta sikap kurang selektif mengkaji dampak-dampak kerusakan alam. Hal ini dinamakan matinya etika dan sikap kritis manusia. Kurangnya etika dan sikap kritis ini cenderung membawa masyarakat pada apa yang pernah ditulis Murray Bookchin, bahwa kita terbelenggu oleh rutinitas yang menindas, represi yang melumpuhkan dan ketidakamanan, dari beban kerja keras dan kebutuhan palsu, dari tipu daya otoritas dan paksaan irasional (Bookchin, 2018:34). Bookchin menegaskan fakta visioner, bahwa perlu melihat jauh ke depan; bukan memakai logika kapitalis yang dicanangkan kaum kapitalis dan para investor.
Kita boleh sangat bangga dengan kemajuan peradaban manusia modern yang telah menciptakan revolusi sains dan teknologi super canggih. Betapa pun pesatnya pencapaian ini, selalu ada ketimpangan ekologis yang tak kalah dahsyatnya. Akibat penggunaan teknologi dan sains yang agresif atas nama kemajuan, manusia justru mengalienasi lestarinya sumber daya bumi dan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. Manusia menjadi serakah dan menganggap diri sebagai tuan atas bumi, tanpa rasa tanggung jawab.