Tubu, Tempat Sakral dan Pusat Ritual Adat Suku Palue
Oleh: Laurensius Alfrino Landi (Mahasiswa Program studi Ilmu Komunikasi UNIPA Maumere)
Okto menambahkan, Tubu juga menjadi tempat yang mempererat hubungan antara manusia dan Allah, manusia dan alam, serta manusia dan sesama. Tubu menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa yang dialami oleh suku Palue, baik suka maupun duka. Tubu juga menjadi simbol dari identitas dan kebanggaan suku Palue sebagai salah satu suku yang masih mempertahankan tradisi leluhur.
Ketika didatangi, Tubu di beberapa desa ditumbuhi oleh rumput liar. Hal ini karena Tubu tidak bisa dibersihkan secara sembarangan. Tubu hanya akan dibersihkan jika ada ritual adat yang akan dilakukan, seperti ritual adat Neo Rate, Pati Karapau, atau Pua Karapau. Hal ini seperti Tubu dari desa Nitunglea dan desa Tuanggeo. Sementara desa Ladolaka dan desa Rokirole dusun cawalo Tubu dalam kondisi bersih karena dua desa tersebut baru saja melaksanakan ritual Pati Karapau dan Pua Karapau.
Di tengah perkembangan zaman dan modernisasi, suku Palue tetap berusaha melestarikan tradisi ritual adat di Tubu. Mereka percaya bahwa Tubu adalah warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Tubu bukan sekadar tempat persembahan, melainkan tempat yang menyimpan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal suku Palue.***