Tubu, Tempat Sakral dan Pusat Ritual Adat Suku Palue
Oleh: Laurensius Alfrino Landi (Mahasiswa Program studi Ilmu Komunikasi UNIPA Maumere)
DI TENGAH Laut Flores, terdapat sebuah pulau kecil bernama Palue. Pulau ini merupakan rumah bagi suku Palue, yang memiliki kebudayaan dan tradisi yang kaya dan unik. Palue termasuk dalam kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang terkenal dengan kebudayaan dan gunung berapi aktif Rokatenda.
Salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh suku Palue adalah ritual adat yang dilakukan di tempat yang diberi nama Tubu. Tubu adalah tempat berlangsungnya berbagai upacara kepada “Era Wula Watu Tana” penguasa, pencipta, penyembuh alam semesta dan para nenek moyang atau leluhur. Tubu dalam kepercayaan masyarakat adat Palue diyakini sebagai pusat dari segala macam ritual adat, semua ritual adat harus dilakukan di atas Tubu sebagai rasa syukur dan terima kasih terhadap Era Wula Watu Tana dan memohon berkat serta kemurahan dari Era Wula Watu Tana.
Ada 9 Tubu yang tersebar di 4 desa dari 8 desa yang ada di pulau Palue. Desa tersebut adalah desa Nitunglea, Rokirole, Ladolaka, dan Tuanggeo. Setiap Tubu memiliki kepala adat yang disebut laki mosa, yang bertugas melakukan ritual adat di Tubu. Laki mosa hanya bisa melakukan ritual adat di Tubu tempat ia berkuasa, dan tidak bisa campur tangan dalam ritual adat Tubu dari desa lain.