Tiga Kebodohan vs Ekspansi Investasi Asal Tiongkok
Biaya proyek Pelabuhan Hambantota di Sri Lanka mencapai 1,5 miliar dollar AS dari pinjaman asal Tiongkok. Desember 2017, Sri Lanka gagal membayar utangnya, maka Sri Lanka melepas pelabuhan itu ke satu perusahan Tiongkok melalui debt-for-equity swap selama 99 tahun. (Maria Abi-Habib/The New York Times, 25/6/2018).
Sejumlah negara masih saja bodoh, sehingga terperangkap dalam diplomasi jebakan-utang asal Tiongkok. Kita lihat contoh Sri Lanka. BUMN China Communications Construction Company (CCCC), melalui subsidiari China Harbour Engineering Company (CHEC) memasok pinjaman sebesar 1,4 miliar dollar AS ke Sri Lanka untuk membangun Colombo Port City seluas 269 ha dari 235 ha proposal awal. CCCC menyedia pinjaman untuk pembangunan Southern Highway, Outer Circular Highway, Matala International Airport dan Hambantota Port di Sri Lanka (Maria Tavernini, 3/4/2019).
Diplomasi ‘perangkap-utang’ Tiongkok itu dilabel sebagai model imperialisme baru awal abad 21. “Sri Lanka: A country trapped in debt”. Begitu tulis Yogita Limaye pada BBC News edisi 26 Mei 2017.
John Pomfret merilis laporan pada The Washington Post (27/8/2018) tentang diplomasi ‘perangkap-utang’ Tiongkok pada 70 negara awal abad 21 : “China’s debt traps around the world are a trademark of its imperialist ambitions.”