Tidak Sekadar Menang–Kalah Pilkada Sikka 

Oleh Dionisius Ngeta, S. Fil, Warga RT/RW 018/005 Kelurahan Wuring Kec. Alok Barat

Dalam konteks ini, Pilkada Sikka bukan sebuah pertandingan apalagi perang antara kandidat dan tim pemenangan untuk sebuah kemenangan agar kekuasaan bisa digenggam. Tetapi sebuah kontestasi bersama untuk sebuah kepentingan bersama, kepentingan masyarakat Nian Tana Sikka.

Bagaimana selebrasi politiknya dan apapun hasilnya, nilai dan kultur kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan dan kebersamaan harus tetap dijaga agar tidak tercabik-cabik oleh nafsu meraih kemenangan dengan menghalalkan segala cara dan melabrak etika dan tata krama ketimuran kita.

Kemenangan bukan tujuan dari sebuah kontestasi politik dan demokrasi. Tapi hasil dari sebuah perjuangan dalam kebersaman dan kekeluargaan yang selalu mengedepankan etika, tata karma, moral, persaudaraan dan persahabatan sebagai warga masyarakat pada umumnya dan warga nian tana Sikka khususnya. Karena kalah-menang tidak ada yang abadi. Kalah menang bisa datang dan kemudian pergi. “Kalah jadi abu, menang jadi arang”, demikian pepata klasik.

Pilkada Sikka bahkan hidup ini adalah sebuah kontestasi yang membutuhkan kebesaran hati dan kekuatan jiwa demi bonum commune. Hati dan jiwa yang membuat kita melampaui kalah atau menang dan mampu melihat keadaan dengan jernih, tanpa ambisi tanpa rasa takut karena bagaimana pun juga kita tetap bersama baik sebagai yang akan mendapatkan mandate masyarakat nian tana Sikka maupun yang masih tertunda.

BACA JUGA:
Ketika Jokowi Adalah Kita (Bag.1)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More