The Power of “Silent Majority” pada Pilkada TTU

Beberapa pihak diuntungkan oleh situasi itu termasuk masyarakat yang mengalami situasi ketidakadilan. Situasi itu semakin mempertegas pilihan mereka. Sehingga rakyat secara langsung mendapat bimbingan langsung lalu menilai mana yang layak menjadi pemimpin dan mana yang tidak. Itu juga terjadi pada silent majority.

Selisih suara yang jauh antara pasangan Drs David Juandi dan Drs. Eusebius Binsasi dengan pasangan lain menunjukan bahwa para pemilih sudah cerdas memilih dan memilah pasangan yang sesuai standar kehidupan masyarakat TTU.

Para “silent majority” benar benar menunjukan kapasitasnya sebagai pemilih sejati. Para silent majority tidak kelihatan dalam aktus politik pentas namun ia bermain di ruang nurani dan senyap saat pencoblosan.

Kaum silent majority tidak berkoordinasi satu sama lain secara rapi menurut manajemen politik manusia. Namun Allah benar benar menuntun mereka untuk memilih pasangan yang pas sesuai hakekat keluhuran manusia. Jiwa dikendalikan sendiri oleh Allah.

Patut disadari bahwa selama ini di TTU ada peristiwa kegersangan dan kegelisahan jiwa tiada tara di pihak silent majority. Mereka secara diam diam berdoa dan berpengharapan pada Tuhan. Ada peristiwa kepanikan masal karena aktus politik yang kejam, kaku dan tidak membawa sukacita. Politik kegembiraan semakin jauh dari keluhuran hati masyarakat TTU.

BACA JUGA:
PDIP Tidak Mencalonkan Kader yang Memiliki Persoalan Hukum
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More