The Power of “Silent Majority” pada Pilkada TTU

Serangan fajar tidak lagi membawa harapan bagi calon pemimpin berduit dan berdusta pada nurani tetapi Allah tetap menegakan fajar yang baik untuk kehidupan yang lebih baik. Terbukti banyak sekali pasangan incumben dan atau yang punya relasi dengan incumben bermodal kalah telak.

Demikianpun perhelatan pilkada tanggal 9 Desember lalu di TTU. Di sini ada proses kematangan nurani dan jiwa pada rakyat dalam hal memilih. Sikap kedewasaan itu ada pada masing masing pribadi pemilih utamanya pada “silent majority”. Setiap pribadi mengalami edukasi moral politik bahkan bimbingan dari Allah dan Alam secara langsung. Itu terbaca melalui sikap diam dari beberapa pemilih yang tidak terlalu sibuk dengan urusan bertikai selama ini. Mereka levih sibukbaca tanda tanda alam pada manusia. Mereka mengalami “silentium manyu” berpolitik.

Memang yang nampak dalam proses pilkada TTU pra pencoblosan berbagai persoalan selalu datang silih berganti. Upaya lapor melapor hingga pertikaian baik di media sosial maupun secara langsung karena berbagai persoalan antar kubu membuat suasana pra pencoblosan semakin mencekam.

BACA JUGA:
DPR: Mosa Oa Daki Pai, Mosa Ata Pidi, Daki Ata Ti’i
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More