The Power of “Silent Majority” pada Pilkada TTU

Ada pemilih yang memilih berdasarkan kedekatan, ada yg memilih berdasarkan filosofi “ganti baju”, ada yang murni karena pesona kepemimpinan yang muncul dari pasangan calon saat kampanye dan masih banyak lagi alasan lain. Itulah warna warni demokrasi bahwa pemilih cerdas memilih berdasarkan sudut pandangnya.

Memang tujuan hakiki dari demokrasi adalah memastikan bahwa rakyatlah pemimpin tertinggi. Rakyat punya hak menentukan pemimpinnya berdasarkan sudut pandang yang dimiliki. Ini menunjukan Vox populi vox Dei benar benar semakin kuat sesuai falsafah dan esensi dasar alam demokrasi.  Suara rakyat bukan lagi suara hantu.

Memang dalam perhelatan pilkada sebelumnya di berbagai daerah seringkali mengalami persoalan pilkada. Bahkan ada yang sampai di Mahkama Konstitusi.Persoalan umumnya menyangkut suara rakyat yang dimanipulasi. Suara rakyat dibajak dengan cara cara hantu.

Pada pilkada 2020 ini, rakyat akar rumput tidak lagi mengandalkan pikiran dalam memilih tetapi sudah sepenuhnya menggunakan jiwa dalam menentukan hak politik dalam memilih. Mereka menggunakan kecerdasan lain yang bukan lagi dari otak tetapi dari murni nurani dan jiwa. Money politik tidak lagi mempan dan mapan membelokan suara hati pemilih.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More