Tergantung Pada “Kampung”

Oleh : Sil Joni*

Terminologi ‘local genuine’, begitu populer saat ini. Dalam studi tentang kebijakan publik, konsep desain dan implementasi pembangunan berbasis ‘kearifan lokal’, diperkenalkan secara kreatif. Saya kira, sisi lokalitas atau dimensi kearifan lokal itu, bisa ditimba di kampung-kampung. Itu berarti, kampung bisa menjadi ‘mata air tradisi’ yang sangat berguna bagi keberlanjutan proyek modernitas saat ini.

Oleh sebab itu, rasanya tidak berlebihan bila ‘kampung menjadi salah satu elemen kunci’ derap langkah kemajuan peradaban. Jika ‘kampung rapuh’ dalam arti mudah ‘dikepung’ oleh penetrasi budaya global, maka kita mengalami semacam ‘disorientasi’. Kita tak punya pegangan untuk menantang arus zaman itu. Kita menjadi manusia yang tercerabut dari akar kultural kita.

Karena itu, mungkin ada baiknya kita perlu menimba ‘sumur kearifan lokal’ di kampung. Sesekali, kita mesti mengendus dan merasakan aroma kampung. Kita menyadap energi positif yang ‘bertebaran’ di kampung kita. Seruan untuk ‘pulang ke kampung’, dengan demikian, bukan lagi sebuah suara nostalgia, tetapi semacam ‘imperasi etis’ agar hidup kita kian bermutu.

BACA JUGA:
Kepakan Sayap "Dewi Keadilan" dalam Sengketa Pilkades
Berita Terkait
1 Komen
  1. babas berkata

    ini artikel terkeren yang saya pernah datangi, membahas tentang dunia sangat infromatif…recommended banget untuk kalian.. terima kasih admin.. sukses selalu

Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More