
Tanggapan Paus Leo XIV atas Surat Terbuka Presiden Burkina Faso Ternyata Palsu, Hasil Rekayasa Artifisial Intelijen
Saya telah menyaksikan reruntuhan penjara kolonial diubah menjadi sekolah. Saya telah bertemu nenek-nenek yang masih mengingat suku mereka diganti namanya. Saya telah menyaksikan seminaris muda Afrika bertanya, “Apakah iman ini milik kita atau diimpor?” Injil tidak pernah dimaksudkan untuk menaklukkan; ia dimaksudkan untuk membebaskan. Kristus bukanlah penjajah; Ia adalah seorang tukang kayu dari Nazaret, berkulit sawo matang, tertindas, dan miskin.
Maka, saya berjanji bahwa di bawah kepausan ini, kita akan meninjau kembali sejarah. Bukan untuk berdiam diri dalam rasa bersalah, melainkan untuk membasmi penyangkalan; bukan untuk melakukan penebusan dosa dengan kata-kata, melainkan untuk membuka jalan keadilan. Gereja tidak boleh menjadi pengingat penaklukan, melainkan tempat perlindungan bagi kelahiran kembali budaya. Semoga babak selanjutnya ditulis bersama oleh tangan-tangan Afrika, dalam bahasa-bahasa Afrika, dan dengan kepemilikan penuh atas iman yang tidak pernah benar-benar asing, tetapi ditakdirkan untuk bangkit kembali dari tanah Afrika.