Tanggapan Paus Leo XIV atas Surat Terbuka Presiden Burkina Faso Ternyata Palsu, Hasil Rekayasa Artifisial Intelijen

Presiden Treoré, Anda telah mengingatkan kami bahwa Afrika tidak bersuara. Gereja sekarang harus memilih apakah ia akan tuli.

Kita tidak dapat mengulangi kesombongan di masa lalu di mana iman itu universal dalam nama tetapi bercita rasa barat. Kita tidak dapat membangun sebuah Gereja Universal dengan titik-titik buta regional.

Kita tidak dapat berdoa datanglah kerajaan-Mu sambil mengabaikan kerajaan-kerajaan yang sedang bangkit dalam roh dan kekuatan di seluruh Afrika.

Sudah saatnya untuk menahbiskan lebih banyak kardinal Afrika bukan sebagai simbol tetapi sebagai gembala. Sudah waktunya untuk mengkanonisasi orang-orang kudus Afrika yang hidup dan meninggal pada abad ke-20 dan ke-21. Tidak hanya para martir dari Gereja kuno tetapi juga para nabi di masa kini.

Sudah waktunya untuk mengajarkan Teologi Afrika di seminari-seminari di Roma, di Paris, di New York, bukan sebagai mata kuliah pilihan tetapi sebagai mata kuliah esensial.

Sudah waktunya untuk memperlakukan iman Afrika bukan sebagai sesuatu yang eksotis tetapi sebagai sesuatu yang patut diteladani. Dan ya, inilah saatnya untuk menghadapi rasisme halus yang masih tertanam dalam struktur gerejawi global. Asumsi bahwa sebuah liturgi harus terlihat seperti Eropa agar dapat dihormati atau bahwa penyembahan orang Afrika terlalu emosional, terlalu keras, terlalu kasar. Tidak, liturgi itu hidup dan di mana takdir itu hidup, maka rohnya pun dekat.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More