Tambang Gamping di Matim Robohkan Bak Air Raksasa

Ditambah lagi di sekitarnya ada pabrik semen yang nota bene membutuhkan beribu-ribu liter air untuk proses produksi pendinginan klingker. Dan ini membutuhkan banyak air yang harus disuplai secara rutin karena mesin produksi akan beroperasi selama 24 jam. “Untuk memenuhi kebutuhan proses produksi, pabrik semen pasti ambil air yang ada di sekitarnya. Tiap 1 ton semen butuh 16.000 liter air,” jelas Petra.

Senada dengan Petra, Mantan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono dalam diskusi yang bertajuk “Karst, Sistem Ekologi dan Tambang,” yang diselenggarakan Komunitas Diaspora Manggarai Raya, di Jakarta, Senin malam (6/7) mengunkapkan, penambangan batu gamping di Kawasan Bentangan Alam Karts (KBAK) berdampak pada menurunnya kualitas dan kuantitas air tanah. Karena dampaknya yang buruk terhadap kuantitas dan kualitas air tanah, maka KBAK merupakan kawasan yang harus dilindungi termasuk dari aktivitas pertambangan

“Pertama adalah dampaknya pada fluktuasi yang tinggi antara debit air pada musim hujan dan kemarau dan ini pengaruhnya pada berkurangnya debit air tanah. Dan debit air yang berkurang ini tidak bisa digantikan, atau yang sudah ditambang ini kita gantikan untuk menjadi berfungsi seperti karst lagi. Tidak bisa. Dan proses ini tidak bisa dilakukan dengan teknologi tetapi murni kejeniusan alam. Alam yang bekerja. Sehingga sekali permukaan karst kita rusaki dengan penambangan maka pengaruhnya pada kuantitas dan kualitas air tanah tidak bisa kita hindarkan lagi,” kata Surono.

BACA JUGA:
Diaspora Manggarai Keberatan Atas Pembahasan Hasil AMDAL Rencana Tambang Batu Gamping, Satar Punda, Kab. Matim
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More