Dalam kaitan dengan narasi” Toleransi “ dalam bingkai kehidupan bersama yang beranekaragam perlu dijaga dan dipupuk adanya perbedaan sebagai sebuah khasanah peradaban bersama bangsa kita. Memberi” rasa “ bahwa setiap perbedaan itu khas untuk masing-masing suku, agama, ras dan antar golongan serta adat istiadat . Jadikan itu sebagai semacam bumbu adonan makanan bersama yang dianggap lezat untuk bisa disantap oleh semua anak bangsa. Ibarat seorang pembuat resep makanan yang bisa dinikmati oleh semua anak bangsa dari bahan -bahan yang beranekaragam. Tidak ada satu yang menganggap diri paling super dan menganggap orang lain rendah. Hal ini justru bertentangan dengan ajaran kemanusiaan dan ajaran toleransi, yang telah digaungkan oleh piagam HAM PBB dan ajaran Pancasila.
Kalau dilihat dari sisi kemanusiaan yang adil dan beradab, maka secara universal sesungguhnya “ kemanusiaan “ itu bukan ciptaan manusia. Manusia lahir atas kehendak dan Rahmat Allah semata. Sehingga amat keliru setiap umat manusia di atas muka bumi ini mengagung-agungkan kepercayaan dan agamanya masing-masing sebagai yang terbaik, dan kepercayaan dan agama yang lain dianggap “ kafir”. Dalam kisah penciptaan alam dan manusia pada awal mulanya, Allah memberi kepercayaan kepada manusia untuk menguasai alam semesta dan segala isinya. Agama dan kepercayaan yang diberikan Tuhan adalah “Kemanusiaan”.