
Frasa Bhinneka Tunggal Ika, telah tercipta jauh sebelum Indonesia merdeka. Bahkan penciptanya pun bukan seorang pejuang kemerdekaan. Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah frasa yang terdapat dalam Kakawin Sutasoma ( syair dengan bahasa Jawa Kuno). Kakawin Sutasoma merupakan karangan Mpu Tantular yang ditulis menggunakan bahasa Jawa Kuno dengan aksara Bali.( Biasa disebut bahasa Kawi ). Kakawin Sutasoma ditulis pada abad ke 14. Kutiban frasa Bhinneka Tunggal Ika sendiri terdapat dalam petikan pupuh 139 bait 5 pada Kakawin Sutasoma. 47. ( 47 Poerbatjaraka dan Tardjan Hadiwidjaja( in Indonesian), 1952, “ Kepustakaan Djawa “, Djakarta- Amsterdam : Djambatan. Bdk. Dengan : Dinas Pendidikan Bali(in Javanese), 1993, “ Kakawin Sutasoma”, Denpasar: Dinas Pendidikan Bali .
Jika diterjemahkan tiap kata, Bhinneka berarti ‘ beraneka ragam’. Tunggal berarti ‘ satu ‘ dan Ika berarti ‘ itu’. Sehingga, bila mengacu berdasarkan arti secara harfiah, maka Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti ‘ beranekaragam itu satu’. Kakawin Sutasoma, kini bisa dilihat secara langsung dalam Pameran Pancasila yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pameran tersebut biasanya diadakan pada setiap jelang peringatan hari lahir Pancasila yang selalu diadakan di Museum Nasional Indonesia- Jakarta. Kitab Kakawin Sutasoma yang dipamerkan itu, telah dituliskan kembali di atas daun lontar berukuran 40,5x 3,5 cm pada tahun 1851 dengan isi 182 halaman,dan tiap halamannya ditulis dalam 4 baris.