TAHUN 2022: Kick Off Kebangkitan Alam Untuk Indonesia Raya & Dunia (Bagian 1 dari 3 Tulisan)
Oleh: Kamarudin Watubun, SH, MH (DPR RI 2019-2024)
Hingga awal abad 21, ekonomi-politik dunia dikendalikan oleh elit-elit kapitalisme fosil. (Macpherson, 2006; Therborn,1997; Dahl,1998) Kapitalisme fosil memacu Produk Dunia Bruto (PDB) dunia selama 100 tahun terakhir. Konsumsi energi naik dari 22 EJ (exajoule= 1018 joule) ke level 355 EJ. Tahun 1890-1990, total PDB dunia naik dari 2 triliun dollar AS ke 32 triliun dollar AS (Smil, 2004).
Tahun 1890-1990, PDB dunia naik kira-kira 14 kali dan konsumsi energi 16 kali— dominan bahan bakar fosil. (Speth, 2008) Tata-masyarakat, ekonomi, dan politik global terpateri-erat dalam kendali mata-rantai produksi, distribusi, dan konsumsi bahan bakar fosil. Hingga awal abad 21, nilai aset infrastruktur minyak dan gas mencapai 5 triliun dollar AS. Industri minyak global mengendalikan tata-kelola 30 miliar barel minyak per tahun pada lebih dari 100 negara. minyak didistribusi melalui lebih dari 3.000 tanker dan 300.000 mil jaringan pipa. (Smil, 2008).
Contoh lain, hingga tahun 2019, 80% konsumsi energi di seluruh dunia, dipasok oleh minyak, gas, dan batu-bara (fosil). Sedangkan tenaga angin hanya mengisi lebih dari 2 (dua) persen dan tenaga surya sekitar 1 (satu) persen. Maka ada kenaikan kebutuhan hingga 2.500% produksi energi dari tenaga surya dan angin guna menggantikan bahan bakar fosil. Meski ini sulit terjadi dalam kurun waktu singkat. Namun, momentumnya ialah tahun 2022.