TA ON DUC ME

Ya! Galang. Kala itu pulau ini masih terisolir, sehingga layak menjadi tempat menampung untuk mereka yang terhempas dari kehidupan. Di tempat ini, demi kemanusiaan, masyarakat Indonesia tanpa membedakan suku, rasa, agama dan budaya; bahu-membahu memberi bantuan agar mereka yang ditolak di negerinya boleh mengalami sebuah harapan dan kasih akan indahnya cinta dan hidup bersama. Dan memang di Galang, pengungsi mengalami sekaligus merajut kisah kisah itu. Vietnam boleh menjadi neraka, namun di Galang kisah duka itu terhapus, karena pengungsi menemukan home land yang baru.

Tidak heran, di tahun 1980-an, setiap saat berdatangan kapal dari Tanjung Pinang, memuat ribuan pengungsi.  Setiap kali melompat dari kapal ke pelabuhan kecil yang menjulur dari bibir pantai, selalu muncul seruan spontan dari mulut-mulut pengungsi “Oh Ta On Duc Me” (Oh terimakasih Bunda). Hanya itu. Dan memang hanya itu yang bisa disebut. Namun deretan aksara itu menyibak kisah panjang dan penuh warna di atas alunan gelombang laut yang dahsyat, hanya karena pertolongan Bunda Maria. Sebuah seruan pendek yang hanya tergurat dalam gerak bibir, karena tak mampu mengungkapkan ke-mahadahsyat-an hati Maria yang menyertai, menaungi dan melindungi para pengungsi di atas boat-boat kecil. Sebuah seruan dalam secuil kata yang menyibak fakta iman bahwa tanpa Maria, harapan kehidupan mungkin tak pernah sampai.

BACA JUGA:
Apa yang Membuat Kita Tetap Sehat dan Bahagia Saat Kita Menjalani Kehidupan?
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More