
Syukur 25 Tahun Anugerah Imamat dan Misi, Kesetiaan Allah atas kelemahan manusiawiku
Oleh Paskalis Semaun, SVD, Misionaris di Paraguay, Amerika Latin.
Namun harus kuakui, ada masa-masa gelap di mana aku tergoda untuk memilih
jalan hidup lain. Ada saat imamat terasa berat, dan godaan untuk mencari arah
yang lebih mudah begitu kuat. Tetapi setiap kali aku hampir berbelok, Allah
mengingatkanku: ada rumah yang sedang kubangun, rumah iman yang bukan
hanya milikku, tetapi juga milik umat. Rumah itu tak bisa kutinggalkan begitu
saja, sebab di dalamnya ada wajah-wajah yang menunggu, doa-doa yang
percaya, dan kasih yang setia.
Ketika pertama kali kakiku menapakkan tanah Paraguay, aku bagai anak kecil
yang harus belajar berjalan lagi. Bahasa asing, budaya baru, dan kerinduan akan
kampung halaman membuatku rapuh. Namun Allah berbisik: “Belajarlah dari
mereka.” Dan benar, rakyat sederhana—para petani, saudara-saudari pribumi,
suku asli, komunitas basis, dan para pejuang solidaritas—menjadi kitab hidup
yang mengajarkanku arti iman, salib, persaudaraan, dan harapan.
Aku juga menyadari, panggilan ini tidak pernah kujalani sendirian. Ada
keluarga, sahabat, umat, imam, para religius, dan anggota SVD yang setiap hari
menjadi wajah kasih Allah bagiku. Mereka menerima aku apa adanya, bahkan
dalam keterbatasanku. Dari mereka aku belajar bahwa kesetiaan Allah sering
hadir dalam doa yang dipanjatkan orang lain, dalam senyum yang menguatkan,
dan dalam tangan yang menggenggam ketika aku hampir menyerah.