
Syukur 25 Tahun Anugerah Imamat dan Misi, Kesetiaan Allah atas kelemahan manusiawiku
Oleh Paskalis Semaun, SVD, Misionaris di Paraguay, Amerika Latin.
Aku masih ingat masa kecilku: doa sederhana di rumah keluarga di Tureng,
suara Bapa Agavitus Rahu yang membacakan Injil, dan Mama Yustina Hijal
yang mengajarkan kemurahan hati melalui teladan dan kasihnya. Dari
merekalah aku belajar dua sayap yang menopang hidupku: hati yang memberi
tanpa pamrih dan semangat yang tidak kenal menyerah. Tanpa dukungan
mereka, tak mungkin aku berani melangkah sejauh ini.
Meskipun Bapa Agavitus dan Mamaku Yustina Hijal telah meninggal dunia,
aku percaya mereka tetap hidup dan mendampingiku dalam setiap langkah.
Bagi aku, mereka adalah orang kudusku, teladan iman dan kasih yang tak
lekang oleh waktu. Kehadiran rohani mereka adalah akar yang meneguhkan
pohon hidupku hingga hari ini.
Keluarga bagiku bagaikan akar pohon. Dari akar itu aku menerima air
kehidupan: doa, cinta, dan pengorbanan yang tak terlihat, tetapi nyata memberi
kekuatan. Pohon imamatku berdiri bukan karena batangnya kokoh, melainkan
karena akarnya kuat: akar doa orang tua, akar teladan keluarga, dan akar
dukungan sahabat serta umat.