Sudahkah Anda Membaca Buku Hari Ini?
Oleh: P. Yosep Bala Makin, SVD. Penulis adalah Pastor Paroki St. Yusuf Raba-Bima
Akhirnya, goresan ini entah sengaja atau tidak sengaja tidak sekadar pengusik emosi pembaca di media sosial dan media cetak. Terdengar seperti pertanyaan untuk anak sekolah tingkat dasar dan hanya diperuntukkan bagi yang berpendidikan dan yang sekolah. Karenanya, sepintas cukup mudah untuk dijawab: sudah ataukah belum/tidak. Tetapi, jawaban dapat sulit ketika didalami hal yang esensial dari judul tulisan ini. Yang lain bisa merasa terganggu dengan judul ini mengingat banyaknya kesibukan. Tak punya waktu jedah untuk membaca buku. Tak punya waktu cukup untuk membaca buku dan tak punya buku bacaan. Yang lain beranggapan bahwa kegiatan membaca itu hanya cocok untuk kalangan akademik. Orang kampus saja yang boleh membaca buku lebih banyak dan setiap hari. Lebih parah lagi dipertanyakan manfaat membaca buku setiap hari. Untuk apa membaca buku setiap hari? Lebih mudah mengobrol berjam-jam dari pada membaca buku. Ternyata, mengobrol terasa selalu ada waktu cukup dan bahkan kekurangan waktu. Lebih mudah bercerita secara lisan (oral) dari pada membaca dan menulis sesuatu. Kita masih terbawa dengan keaslian kita sebagai masyarakat berbudaya lisan (oral) ketimbang budaya tulisan (literal). Lebih mudah bercerita lisan, ucapan dari pada membaca buku. Mudah berkampanye tetapi sulit membaca dan mencermati secara kritis isi bacaan. Maka dampaknya terasa besar dalam berkomunikasi yakni lebih mudah mempercayai penyampaian lisan, ujaran langsung dari pada membaca dan menemukan serta mencermati sendiri dengan membaca dari buku. Ragam lisan (oral) lebih dipercayai dari pada ragam tulisan (literal). Lebih pasti dengan ragam lisan tetapi ragu dan tak percaya diri dengan ragam tulis.