Suara Tawa pada Tragedi “Babak Tambahan” (Jangan Tertawa Kalau Kau Masih Menangis!)

Oleh: Ermalindus Albinus Sonbay♥

Ketika perpanjangan waktu terjadi, negara-negara berkembang yang sudah mengakui dan memuliakan cara kerja Amerika lewat tangan akademisinya akan dengan mudah diatur untuk sibuk menyelesaikan persoalan sendiri, makin individualistik dan makin takut dengan hal-hal ciptaannya. Perpanjangan waktu hanyalah cara klasik Amerika mengklaim takluknya sebuah negara atau sekumpulan negara otonom, ketika mereka hanya bisa menertawakan semua skenario ketergantungan yang mereka bangun.

Bersyukur, dunia masih memiliki segudang pemikir yang tidak bisa disetir oleh negara adidaya ini. Termasuk, kumpulan hebat yang ada di sekitaran China, Rusia, negara-negara Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah dan Timur yang kemudian bisa mendesain alternatif perlawanan yang tangguh untuk penguasaan berlebihan atas nama ekonomi spekulatif dan manipulatif a la Amerika Serikat ini.

Gelombang perlawanan ini bukan sekadar merusak euforia senyum dan tawa Amerika di babak tambahan ciptaannya, melainkan dengan tegas membentuk pertandingan baru, babak baru dan tentunya aturan main sendiri yang lebih berkelas dan manusiawi. Di mana Amerika? Mereka tetap memberi peluang berkontribusi bagi negara ini. Tawaran untuk menjadi pemain utama dalam pertandingan baru ini, lebih banyak dimaknai dan dimaksimalkan Amerika hanya dengan menjadi CEO sebuah pertandingan. Lebih seksi baginya jika pion-pion kecil dimainkan dengan perang proksi dan sistem ketergantungan ekonomi.

BACA JUGA:
Paradoks Antara Kesetiaan, Penyangkalan dan Pengkianatan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More