Suara Tawa pada Tragedi “Babak Tambahan” (Jangan Tertawa Kalau Kau Masih Menangis!)

Oleh: Ermalindus Albinus Sonbay♥

Stigma-stigma ini kian parah dengan desakan tak berdasar mengembangkan otonomi daerah versi Amerika Serikat, mendidik daerah-daerah untuk menjadi kian rakus membangun dominasi berbasis patron sendiri dan mengunci sumbangsih corak demokrasi lokal dan menggantinya dengan paham-paham elektoral a la Amerika. Masyarakat NTT dikalahkan dengan keji secara politik, sosial, ekonomi, hingga peluang-peluang kerjasama dan pertukaran yang egaliter dan setara. Sama seperti ketidakberdayaan yang pernah dialami negara-negara yang menanggung perang proksi Amerika Serikat di Timur Tengah, dan cerita-cerita di
Amerika Serikat di kawasan Latin, masyarakat NTT dipaksa untuk ‘saling berperang’ di antara sesamanya atas nama pemilihan mulai dari presiden hingga desa, atas nama adat, atas nama sistem yang bertendensi anti-human.

Agama ‘disuruh’ menyerang adat dan masyarakat, adat disuruh menghantam tokoh-tokoh politik, hingga semua elemen “didesain’ untuk terus memperpanjang babak tambahan yang berintikan pengentasan kemiskinan dan ketidakadilan di NTT. Sistem dan skema ekonomi kapitalistik sudah merusak semua sendi kehidupan, hingga berita politik dan korupsi yang terus mengisi wacana sosiologis masyarakat NTT, dan akhirnya mereka lupa untuk memperbaiki keterpurukan yang ada di level ekonomi produktif.

BACA JUGA:
Wow, Sekolah Milik SVD yang  Kini Dipimpin Misionaris Asal Kalikasa di Paraguay Hasilkan Pemimpin Negara Paraguay Berkualitas
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More