Soliditas, Toleran dan Partisipatif: Perekat Keberagaman dan Kekeluargaan Lintas Agama dalam Prosesi Hantaran Mahar hingga Resepsi pada Akad Nikah
Oleh Dionisius Ngeta, Warga RT 018/RW 005 Kelurahan Wuring, Alok Barat, Sikka
Salah satu tantangan/hambatan toleransi dan partisipasi adalah sikap individualistis selain fanatisme agama yang berlebihan. Cinta pada agama memang penting tapi jika berlebihan maka besar kemungkinan terjadi sikap menutup diri terhadap kebenaran lain dan tidak menghargai pebedaan. Karena itu toleran, partisipatif dan solider adalah balutan yang mempererat kebersamaan, memperkuat persatuan dan kesatuan di tengah kemajemukan warga masyarakat.
Dalam menuju kehidupan bermasyarakat yang modern dan beradab, sikap toleran, solider dan partisipatif mengajarkan kita untuk selalu berperilaku baik dan menerima perbedaan yang terdapat pada orang lain. Toleran, solider dan partisipatif membuat kita tidak mudah marah, memaksakan pendapat, atau menolak pendapat orang lain yang berbeda dan membuat kita makin yakin bahwa bersama kita bisa, bersatu kita mampuh, bercerai kita runtuh. “Aturan utama dalam berperilaku manusiawi adalah toleransi, mengingat kita tidak akan pernah berpikir dengan cara yang sama. Darinya kita akan bisa melihat kebenaran dari sudut pandang yang berbeda.” – Mahatma Gandhi.***