Jika cinta-kasih adalah orkestrasi seni berdaya magis yang menggairahkan dan menghidupkan, maka berbuah dalam kehidupan adalah keniscayaan bagi seorang yang menghayati kasih. Orkestrasi kasih tidak hanya sebatas seni berkotbah, seminar, diskusi dan nyanyian kasihanilah. Ia harus membumi dan mempu membangun hubungan yang kuat dan berdaya guna dalam kata dan perbuatan nyata antara yang dilayani (yang dicintai) dan yang melayani (pencinta).
Hakikat simfoni atau orkestrasi kasih tidak dapat ditemukan selain dengan kesungguhan hati, jiwa, akal-budi dan dengan segenap kekuatan raga dalam mencintai Tuhan dan sesama terutama yang menderita seperti Orang Dengan Gangguan Jiwa. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatanmu. Dan perintah yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. (Mrk, 12:30-31).
