Menurut BPS 2019, kontribusi pertumbuhan ekonomi terbesar untuk wilayah Manggarai, 21,74% dari sektor pertanian, perikanan dan kehutanan; 14% dari jasa konstruksi, dan 9% dari pariwisata. Sementara, 65% penduduk Manggarai memenuhi kebutuhan pokoknya dari bertani dan berkebun.
Jika sektor penting ini diberdayakan dengan baik dan lebih maksimal, maka peluang untuk mendongkrak PAD masih bisa dilakukan, misalnya dengan cara mengoptimalkan pola-pola pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dan pelaku usaha mikro dan menengah secara aktif berikut suportif.
Dari sisi kesehatan, data Riskesdas 2018-2019, angka kematian bayi masih sebesar 12,30, artinya dari 1000 balita 13 orang di antaranya tidak bisa merayakan ulang tahun yang ke-5 karena meninggal dunia. Angka stunting dan kekurangan gizi (2018-2019) berkisar 25-30% di antara anak umur 0-7 tahun. Rata-rata prevalensi stunting pada tiga wilayah Manggarai Raya mencapai 58,78% dengan angka kekurangan gizinya mencapai 50% (Pos Kupang, 1/02/2018).
Menurut data Kompas (29/12/2018), Kec. Reok Barat pada Desember 2018 memiliki sebanyak 224 kasus stunting. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi masih cukup tinggi; dari 100 kelahiran, terdapat 3-5 ibu dan bayi yang berpotensi meninggal. Masih rendahnya perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) menyebabkan cukup banyak masyarakat Manggarai yang menderita penyakit menular, tidak menular dan menjadi penyandang penyakit penyerta (komorbid).
Ini mestinya menjadi bacaan wajib calon pemimpin, tim sukses dan rakyat Manggarai. Membangun kembali kedaultan Manggarai dalam seluruh sektor kehidupan. Kita butuh pemimpin yg bekerja berbasis data dan punya komitmen yg besar utk perubahan. Dirgahayu RI ke75.