Bila ingin Manggarai merdeka dan merdeka dalam membangun maka gagasannya mesti jelas, terarah dan terukur, dengan melibatkan lima bantu tungku (pentahelix): pemerintah, masyarakat, perguruan tinggi, swasta dan media massa. Kompleksitas dan kedalaman masalah sebagaimana yang dinarasikan di atas, membutuhkan simultansi dan sinergisitas peran aktif dan seimbang lima bantu tungku ini, agar bisa cepat dan tanggap dalam mengurai benang kusut dan silang sengkarut masalah utama dalam ranah ekonomi, kesehatan, pendidikan dan politik demokrasi.
Siapapun yang memimpin Manggarai pada masa yang akan datang, mesti tetap menjalankan amanah otonomi dan desentralisai kedaerahan. Aksentuasi pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah agar pembangunan berjalan efektif dan efisien demi peningkatan kesejahteraan masyarakat dari pusat hingga ke daerah; dengan menjalankan fungsi sosial, ekonomi, budaya, politik secara baik dan benar.
Sejalan dengan spirit clean and good governance, tata kelola kepemerintahan harus dijalankan sebaik mungkin dalam hal distribusi secara adil dan merata kebijakan pembangunan, regulasi yang membebaskan dan tidak membebankan masyarakat dan pelaku ekonomi; dan aktivitas ekstraksi atau pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan keberlanjutan hidup masyarakat Manggarai. Dengan cara demikian saja, kedaulatan kemanggaraian akan kembali dan citra kesulungan kembali (tetap) melekat erat padanya.(*)
Ini mestinya menjadi bacaan wajib calon pemimpin, tim sukses dan rakyat Manggarai. Membangun kembali kedaultan Manggarai dalam seluruh sektor kehidupan. Kita butuh pemimpin yg bekerja berbasis data dan punya komitmen yg besar utk perubahan. Dirgahayu RI ke75.