Oleh: Marianus Mantovanny Tapung, Dosen Unika St. Paulus Ruteng
SECARA geo kultural dan historis, Manggarai masih dipandang sebagai episentrum peradaban budaya dan tradisi kekatolikan. Kebudayaan dan tradisi sejarah kekatolikan di Manggarai sampai kapan pun, tidak bisa lepas dari rumah induk kemanggaraian. Entitas dan identitas kemanggaraian sudah menjadi warisan yang melebur dalam darah daging semua orang Manggarai.
Dari perspektif sosio-genealogis, hak kesulungan dan kedaulatan keturunan, budaya, sejarah, tradisi hirarki gereja, dan pendidikan, tentunya menjadi milik Manggarai. Namun dari perspektif sosio-politik dan sosio-ekonomi, hak kesulungan dan kedaulatan tersebut sudah mulai mengalami delegitimasi. Dengan adanya pertimbangan pengembangan wilayah politik dan pendekatan pelayanan tata kelola pemerintahan, episentrum kesulungan dan kedaulatan ini turut mengalami penyusutan.
Ini mestinya menjadi bacaan wajib calon pemimpin, tim sukses dan rakyat Manggarai. Membangun kembali kedaultan Manggarai dalam seluruh sektor kehidupan. Kita butuh pemimpin yg bekerja berbasis data dan punya komitmen yg besar utk perubahan. Dirgahayu RI ke75.