Seminari Tinggi Ritapiret dalam Serpihan 28 Tahun Memori Gempa Tektonik 12 Desember 1992

Oleh Walburgus Abulat, S.Fil (Wartawan Matanews.net)

 

Sementara Rektor Seminari Tinggi Intesdiosesan Santo Petrus Ritapiret, RD Dr. Philip Ola Daen kepada penulis di Ritapiret, Sabtu 12 Desember 2020, mengaku saat gempa ia baru tiga bulan menjadi imam dan bertugas sebagai pastor rekan di salah satu Paroki di Tanjung Bunga, Keuskupan Larantuka.

“Saat itu, saya sedang patroli di salah satu stasi dekat pantai. Guncangan gempa datang begitu cepat sehingga saya dan umat pada panik dan lari ke tempat yang lebih tinggi,” kata Rektor Philip Ola Daen.

Rektor Philip mengakui momen gempa 28 tahun silam itu masih meninggalkan luka bagi keluarga yang kehilangan anggota keluarganya karena diterjang tsunami.

“Banyak orang meninggal dunia, ketika saat ada jedah gempa, warga turun dari tempat yang agak tinggi dan melihat rumah mereka yang dirobohkan oleh guncangan gempa. Saat warga melihat rumah, tiba-tiba
tsunami datang dan menyapu warga sehingga banyak warga yang meninggal,” kata Rektor Philip Ola Daen.

Sedangkan Ekonom Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus Ritapiret, RD Patrik Dharsam J. Guru, Drs. MA atau yang biasa disapa Romo Papi yang ditemui di Ritapiret, Sabtu (12/12/2020) mengaku saat kejadian
gempa ia masih berstatus Mahasiswa Semester VII atau Tingkat IV pada STFK Ledalero.

BACA JUGA:
Bersuara dari Ende-Flores, Presiden Jokowi: Saya Ajak Seluruh Anak Bangsa untuk Bumikan Pancasila
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More