Sekali Lagi Tentang Tambang di Flores / Manggarai Timur

Ada traditional Mining, ada sustainable mining

Penjelasan saya diatas, mempunyai dua tujuan. Pertama menunjukkan ada kesalahan fatal dalam pemberian ijin ijin terkait pertambangan di NTT dan kedua juga menunjukkan regulasi pertambangan itu sangat ketat dan jika semua tambang melakukannya dengan benar, bisa tercapai suatu industry tambang yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan dan ini sudah terjadi di beberapa wilayah tambang di dunia dan sebagian kecil di negeri ini.

Sehingga, saya pribadi tidak percaya bahwa gereja, khususnya gereja katolik di Flores, menolak Tambang an sich dan mencap secara general bahwa tambang adalah iblis lusifer yang harus dibenci, para pekerja tambang adalah pendosa pendosa berat yang pasti akan masuk neraka, misalnya.

Mengapa saya tidak percaya hal itu ?

Entah berapa kali isi kitab kitab Perjanjian Lama yang menyebut tentang penggunaan Emas, Perak, Intan Permata, yang semuanya merupakan hasil Tambang. Di Perjanjian Baru, kita ingat…tiga Raja dari Timur yang mengikuti tuntunan Bintang Berekor, sampai ke Betlehem mengunjungi kandang tempat kelahiran Yesus dengan membawa tiga jenis persembahan, diantaranya Emas, juga hasil tambang. Bahkan, kita harus melakukan refleksi kritis bagaimana penyebaran agama Kristen/katolik dilakukan oleh Spanyol dan Portugis pada masa lalu dengan tiga pedoman utama: God/Gospel, Glory and Gold. Gold, emas menjadi tujuan juga disamping tugas penyebaran injil (god and gospel) serta kemuliaan dua negeri tersebut. Di masa masa itu, tambang dilakukan secara sangat tradisional…penghancuran wilayah serta kulturnya juga menjadi ciri dari perampokan hasil tambang dimasa itu. Terakhir, sampai kini pun, begitu banyak barang barang yang terkait langsung dengan ritus grejawi, terbuat dari logam, yang jelas merupakan hasil tambang.