Segelas Kopi untuk Sejarah Bangsa

Oleh: Bernadinus Steni

Tak dinyana, “mampir ngombe” itu berubah jadi berhalaman kisah, termasuk nas sejarah kelam bangsa 1965 yang hanya ditemukan dalam laporan-laporan horor kekerasan politik.

Dalam catatan sejarah, Pulau Bali adalah arena pembantaian paling mengerikan ketika itu. Namun ingatan pak Agus, lebih dari itu. “tidak ada lagi adik-kakak ! Pokoknya karena beda partai, kakak bisa bunuh adik. Dalam satu keluarga bermusuhan.” Ujarnya. “Sangat keji”, kata pak Agus.

Sebab permusuhan yang awalnya hanya beda aliran politik bermutasi menjadi itikad personal. Banyak orang yang punya dendam pribadi karena satu dan lain hal, kemudian menjadi alasan untuk membasmi yang lain dengan label politik.

Tidak hanya petani dan rakyat jelata, kepala desa dan camat juga dituntaskan hidupnya oleh peristiwa itu. Semua yang terhukum dimuat dalam satu galian, dipukuli dan didorong ke dalam lubang.

Mungkin masih ada yang hidup atau pingsan dikuburkan begitu saja. Siapa yang perduli. Toh mereka dianggap mati sejak pertama kali masuk dalam daftar buruan.

BACA JUGA:
Kopi, Kisah & Kiprah D'mas Cafe di Jalan Seribu Kelok  (1)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More