Hal yang menjadi prioritas adalah, mengatasi kelangkaan BBM, membenahi pelabuhan laut untuk mempermudah arus barang dan penumpang, pembenahan jalan dalam kota, mendorong penyelesaian kasus-kasus korupsi dan sejumlah masalah yang selama awal kekuasaan kurang mendapat perhatian.
Seandainya Bupati Thomas teguh pada sikap dan pernyataannya untuk menyelesaikan semua masalah yang disebutkan pada awal menerima jabatan sebagai bupati, ia telah memenuhi harapan masyarakat. Orang memaklumi bahwa kekuasan berlangsung dalam waktu yang sangat terbatas, tetapi ia mampu menjadi pemimpin yang membuktikan satunya kata dan perbuatan. Dan bagi saya itulah legacy, warisan bupati Thomas untuk rakyat Lembata.
Namun ketika Bupati Thomas juga mengajukan program seperti Eksplorasi Budaya yang isi dan arahnya seolah duplikasi dari Festival Tiga Gunung, yang diluncurkan bupati sebelumnya, banyak orang pasti bertanya, Apakah program akal-akalan seperti ini masih cukup jitu untuk mengelabui rakyat demi mendulang dukungan electoral ? Mungkin sulit untuk dijawab. Tapi…yah, namanya juga usahe, kata orang Betawi.***
Uraian ini bagus kalau dilihat dari kecurigaan menempatkan Sare Dame sebagai alat politik untuk mencapai kekuasaan. Tapi bagaimana kalau kita menempatkan eksplorasi budaya Sare Dame ini sebagai suatu kegiatan eksplorasi budaya yang dilaksanakan karena sesuai dengan nomenklatur yang telah ditetapkan DPRD Lembata dalam rangka pemajuan kebudayaan sesuai dengan UUD 45, Pasal 32, ayat.2, dan UU No.5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan daerah dan nasional?