Peristiwa-peristiwa seperti ini tidak bisa kita batasi. Ia akan terus berlanjut karena kecenderungan penguasa untuk terus mencengkram rakyatnya melalui watak kekuasaan yang feodal. Daniel Richardson (University College, London). dalam hasil penelitiannya menuliskan bahwa orang menjadi lebih bodoh jika berada dalam kelompok. Disertasi ilmiah seperti yang ditulis dalam bukunya Man Vs Mind: Everyday Psychology Explained (2017), ini juga merekomendasikan bahwa ”keputusan yang orang ambil sebagai kelompok cenderung buruk dan kurang cerdas dibandingkan dengan yang diambil secara individual”.
Populisme politik dibangun dari kondisi social seperti ini. Calon penguasa menghadirkan diri dalam kubangan kemiskinan dan ketidakberdayaan, cukup dengan membawa symbol yang menjadi representase kelompok. Masyarakat baru sadar ketika semuanya sudah terlambat.
Legacy bukan Citra
Sehari setelah Bupati Lembata Eliazar Yentji Sunur (alm) dimakamkan, DR. Thomas O Langoday yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Bupati ditunjuk Gubernur NTT untuk melaksanakan tugas-tugas bupati sambil menunggu keputusan definitive sebagai bupati Lembata. Semua orang tahu bahwa jabatan bupati yang diemban Bapak Thomas hanya berkisar kurang lebih 9 (Sembilan) bulan. Namun harapan yang diberikan ke pundaknya melambung. Bapak Thomas merespons semua harapan itu dengan sejumlah prioritas penyelesaian masalah urgen yang menjanjikan.
Uraian ini bagus kalau dilihat dari kecurigaan menempatkan Sare Dame sebagai alat politik untuk mencapai kekuasaan. Tapi bagaimana kalau kita menempatkan eksplorasi budaya Sare Dame ini sebagai suatu kegiatan eksplorasi budaya yang dilaksanakan karena sesuai dengan nomenklatur yang telah ditetapkan DPRD Lembata dalam rangka pemajuan kebudayaan sesuai dengan UUD 45, Pasal 32, ayat.2, dan UU No.5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan daerah dan nasional?