
Penderitaan, sengsara dan wafatYesus dalam dan melalui salib bukan lagi dilihat sebagai malapetaka dan kemalangan. Salib telah mendapat aksentuasi baru dalam pengertian yang positif.
Di dalamnya terdapat harapan, ketaatan, kesetiaan, kerelaan yang iklas bukan kerelaan yang dipaksakan, kesabaran, kepasrahan total, kerendahan hati, pengampunan, cinta yang tak terbatas.
Dalam rumusan religious-injili, salib dipandang sebagai sarana penebusan umat manusia. Dalam bahasa Kirchberger, Yesus menderita dan mati demi silih bagi mereka yang menolak dan membunuh-Nya.
Penegasan akan penebusan umat manusia tampak dalam peristiwa kebangkitanYesus (bdk. Mrk 16:1-7, Mat. 28:1-10, Luk. 24:1-12, Yoh. 20:1-9), yang diperkuat oleh kesaksian Petrus bahwa Yesus telah dibangkitkan Allah pada hari ketiga (Kis.10:40).
Kebangkitan Yesus menunjukkan keberhasilan-Nya mengalahkan maut, kemenangan atas kuasa kematian. Menurut Paulus, kebangkitan Yesus dari antara orang mati menjadi penanda bahwa maut tidak berkuasa lagi atas Dia. Sebab kematian-Nya adalah kematian atas dosa (bdk. Rm. 6:9-10).