“Sada-Peda, Peda-Pani, Peda-Podo” dalam Tradisi Masyarakat Adat Woko Mbamo Kec. Nangaroro Kab. Nagekeo (Sebuah Tinjauan dan Perpektif Sosial Budaya)
Oleh Dionisius Ngeta, S. Fil (Putera Woko Mbamo Nangaroro Nagekeo)
- Tana Mbanga-Watu Ara, Tana Nganga-Watu Bheka
Masyarakat adat Woko-Mbamo atau Nagekeo selalu meyakini bahwa mereka ada bersama yang lain termasuk dengan lingkungan alam sekitarnya (tana watu). Lingkungan alam adalah sadara serahim dari Pencipta. Saling menghormati, saling mengharagai, saling membutuhkan dan saling berpengaruh satu sama lain adalah konsekuensi dari hidup bersama.
Perbuatan yang dilakukan apalagi yang bersifat merusak dan merendahkan moralitas sosial-budaya selalu berdampak dan berpengaruh tidak hanya terhadap manusia tapi juga terhadap lingkungan alam. Karena itu terhadap kesalahan dan perbuatan tak bermoral yang dilakukan manusia, alam pun bisa marah (tana mengga-watu pesa, tana ngewa-watu keda).
Ada berbagai macam reaksi kemarahan alam (tana mengga-watu pesa, tana ngewa-watu keda) yang dapat ditimbulkan sebagai dampak dari perbuatan imoral itu. Misalnya, hujan-badai dan guntur-kilat yang tidak semestinya dan dapat membahayakan keselamatan manusia. Atau panas terik yang berkepanjangan atau berlebihan yang menimbulkan kekeringan dan kelaparan akan bisa mungkin terjadi.