Saatnya Sarjana Masuk Desa; Catatan Menjelang Pemilihan Kepala Desa Se-Kabupaten Lembata
Oleh: Poya Hobamatan
Desa Belum Menjadi Perhatian Para Sarjana
Perubahan cara pandang atas desa yang terlahir dari lubuk hati dan budi Presiden ketujuh Indonesia ini, ternyata belum menjadi titik perhatian para sarjana di Negara ini. Banyak sarjana, karena terbelenggu oleh cara berpikir primitif bahwa gelar akademis yang tinggi harus mendapat posisi yang selevel, pada akhirnya lebih memilih menganggur ke kota, setelah gagal mengais nasib dalam seleksi PNS, daripada berbaur dengan masyarakat untuk ikut membangun desa.
Akibat fatal dari kondisi ini adalah bahwa banyak desa yang pada akhirnya tetap berada dalam kategori tertinggal, karena ketiadaan sumber daya desa yang sanggup mengimplementasikan secara maksimal visi besar Negara yang menempatkan desa sebagai fundamen dalam hidup bernegara. Buah-buah simalakama yang akhirnya harus dicicipi, sebagai akibat dari ketimpangan sumber daya ini, adalah bahwa banyak kebijakan untuk desa dipolitisasi oleh oknum-oknum di tingkat kabupaten untuk sekedar memenuhi syahwat penguasa. Demikian pula banyak penyalahgunaan dana desa untuk kepentingan-kepentingan privat sejatinya dipicu oleh ketidakmampuan SDM untjuk menyerap anggaran desa. Kasus-kasus ini sekedar contoh konkret untuk memperlihatkan bahwa ada korelasi antara rendahnya sumberdaya desa dengan ketertinggalan desa; antara rendahnya sumberdaya dengan kemampuan mengimplementasikan visi. Inilah problem akut yang belum terurai di Kabupaten Lembata, kendati desa telah masuk dalam radar perhatian pemerintahan pusat dalam rentang tujuh tahun ini.
Sarjana saat ini kembali kekampung,membangun desa kelahiran masing2 demi majunya Lembata,.infrastruktur sudah lebih baik,maka ada harapan desa – desa akan bangkit jika kepala desa dapat dan bijak dalam menata desanya dengan memaksimalkan dana desa dengan sebaik- Baiknya.