Saat Hujan Memanggil dan Tradisi Bertanya

Oleh : Bernadinus Steni (Mahasiswa S-3, Jurusan Managemen Lingkungan IPB,  Penggiat Standar Berkelanjutan)

Hutan yang hilang dan hujan yang murka menunjukkan perubahan pada perilaku yang enggan bertanya dan miskin berbagi. Kalau dulu menebang satu pohon saja, perlu dibuat ritual untuk bertanya.

Badai hebat (di Manggarai disebut buru warat), diikuti dengan refleksi diri, “ada apa?”. Sekarang ini, jangankan bertanya, orang menebang berhektar-hektar pun tidak ada yang perduli.

Ironisnya, meski banyak orang miskin yang lupa rasanya makan kenyang, di belahan dunia lain pesta pora menyisakan lebih banyak makanan daripada yang dikonsumsi.

Cara hidup seperti ini, menurut para ahli harusnya dibatasi. Karena seperti kata tetua jaman dulu dan ilmuwan ekologi, perilaku punya hubungan dengan gejolak alam. Karena itu, kalau perut hanya bisa dengan sepiring, kenapa harus minta dua.

BACA JUGA:
Tim Perusahaan, Ahli Geologi dan Gubenur NTT Tak Hadir Diskusi, Ammara Walk Out
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More