Saat Hujan Memanggil dan Tradisi Bertanya
Oleh : Bernadinus Steni (Mahasiswa S-3, Jurusan Managemen Lingkungan IPB, Penggiat Standar Berkelanjutan)
Pertanyaan “mengapa” dari orang-orang tua jaman dulu itulah yang didiskusikan secara global saat ini. Mengapa terjadi turbulensi ekologis yang permanen. Mengapa hujan demikian bergejolak tak karuan belakangan ini.
Ilmuwan sepakat bahwa gejolak planet disebabkan oleh pemanasan global yang terjadi akibat peningkatan karbondioksida dalam atmosfer bumi lebih besar dari yang seharusnya ditampung. Sumber utamanya adalah manusia.
Gaya hidup mewah atau pura-pura mewah (supaya dianggap kaya) melepaskan karbondioksida melampaui jatahnya. Perilaku itu mahal ongkosnya untuk bumi. Mengkonsumsi sumber daya bumi lebih banyak dari yang seharusnya, tidak hanya bunuh diri, tetapi genosida terhadap keseluruhan ciptaan.
Hutan-hutan dibuka semena-mena. Padahal ribuan tahun komunitas di berbagai sudut dunia percaya bahwa hutan adalah sumber mata air dan pencegah longsor. Karena rakus, laju kerusakan hutan demikian cepat, termasuk menghajar pulau-pulau kecil dan sedang di NTT.
Ketika hujan datang, longsor pun tidak bisa lagi ditunda. Kampung-kampung di lereng atau lembah-lembaga harus terus bersiaga satu karena tiap waktu longsor bisa terjadi.