Saat Hujan Memanggil dan Tradisi Bertanya

Oleh : Bernadinus Steni (Mahasiswa S-3, Jurusan Managemen Lingkungan IPB,  Penggiat Standar Berkelanjutan)

Meski pahit, banjir dan longsor tidak menutup memori tentang hujan. Masih banyak di antara generasi saat ini yang pada masa kecilnya mengalami hujan hampir senikmat es krim. Hujan adalah panggilan perayaan yang benar-benar bikin riang.

Ibarat liukan penari likurai, kejar-kejaran, tertawa lepas, bahkan jatuh tunggang langgang. Itulah hujan pada masa itu. Andaipun hukuman orang tua siap-siap menunggu, bermain dalam gemuruh “mata air langit” benar-benar dirayakan.

Hujan adalah anugerah, seperti matahari, angin, dan semua yang gratis kita nikmati hari ini. Manusia bisa belajar lebih banyak untuk kembali bersahabat dengan hujan.

Mungkin butuh waktu untuk membuat rintik dan gerimis kembali seperti dulu, seceria masa kecil. Ibarat sahabat yang “ngambek”, hujan bisa dibujuk dengan menyiapkan rumahnya yang tepat.

Rumah kita, planet bumi memang makin panas. Tidak usah memikirkan pengukuran modeling yang super canggih untuk membuktikan hal ini karena kita pun bisa merasakannya sendiri. Perubahan lingkungan saat ini masih berlangsung dalam satu generasi.

BACA JUGA:
Pemenang Pilkada Kabupaten Sabu Raijua 2020 Berwarga Negara Amerika
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More