Rindu Guru Pengajar Online Dimasa Pendemi Covid-19

Kejutan perubahan itu tentu saja menciptakan pengalaman menyenangkan, namun juga tidak menyenangkan baik bagi guru, orang tua pun juga siswa/siswi.

Veronika Mulya Raya, seorang guru pada salah satu Sekolah Menengah di Labuan Bajo membagi pengalamannya mengajar online kepada pojokbebas.com (17/9). Melalui pesan WhatsApp, ia mengatakan mengajar online lebih banyak membawa dukanya.

Pertama dari sisi teknis tidak semua guru memiliki ketrampilan menggunakan teknologi untuk mengajar, dan juga tidak punya pengalaman dalam metode mengajar online.

Kedua, secara substantive. Mengajar online dapat saja membuat siswa/siswi mengerti tentang pelajaran, namun tidak mengerti bagaimana bertumbuh menjadi manusia yang utuh. Menurut ibu Vero, begitu ia biasa disapa para siswa/i-nya, bertumbuh menjadi manusia yang utuh hanya terjadi melalui sebuah perjumpaan yang nyata.

Alumni Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) St. Paulus Ruteng ini mengilustrasikan secara teologis perjumpaan itu.

“Yesus dulu  tidak mau menyelamatkan manusia  langsung dari surga , tetapi turun ke dunia, tinggal bersama manusia. Ia berjumpa dengan manusia, dan manusia memiliki pengalaman perjumpaan dengan Yesus. Lalu kemudian, manusia kembali menemukan jalan menjadi manusia yang sesungguhnya, menjadi “Imago  Dei”, jelasnya berteologi.

BACA JUGA:
Covid-19, Ateisme dan Kematangan Iman
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More