
Retorika Konstruktif di Tengah Pergolakan Bangsa
Oleh Paskalis Semaun, SVD, Imam Katolik berkarya di Paraguay dan penulis lepas, aktif dalam kegiatan kemanusiaan dan keadilan sosial
Di Indonesia, banyak rakyat tampak diam bukan karena tak peduli, tetapi karena memilih bungkam. Ruang suara jadi mandul, akses pendidikan dan informasi tidak merata, membuat rakyat masih rentan dimanipulasi. Ini menciptakan sistem yang seolah demokratis secara prosedural, namun jauh dari demokratis secara substansial.
Retorika konstruktif menjadi kebutuhan mendesak. Ia bukan sekadar seni berbicara, tapi keberanian moral untuk berpihak pada kebenaran dan keadilan. Ia menolak kepalsuan, menantang sistem yang menindas, dan menawarkan visi yang membebaskan. Seperti kata George Orwell, “Di mana penipuan sudah menjadi hal biasa, berkata jujur adalah tindakan revolusioner.”
Kita membutuhkan pemimpin yang tidak hanya pandai menyusun narasi di media sosial, tetapi benar-benar hadir di tengah rakyat. Kita butuh parlemen yang bukan hanya hadir saat pelantikan, tetapi konsisten menyerap dan memperjuangkan aspirasi masyarakat. Kita butuh kebijakan yang tidak sekadar menyentuh angka statistik, tetapi juga menghormati martabat manusia.
