Ketiga, dengan kekuatan moral dan spritual menjadi benteng terakhir bagi kekuatan lainnya. Seperti kekuatan ekonomi, sosial budaya dan kearifan lokal. Mungkin, istilah yang pas dan cocok adalah marilah kita hindari penguasaan aset tanah, untuk” Long Ata Lonto dan Lonto Ata Long “( bahasa Manggarai, red.). Dapat diterjemahkan secara harafiah adalah orang luar yang memiliki kekuatan modal uang dapat menguasai “ tanah mbate dise ame agu tanah pede dise Ende “. Artinya, semua harta tanah sebagai aset turun temurun sudah berpindah tangan karena dijual kepada pemilik modal, kita sebagai pemilik tanah jadi penonton. Hal ini sudah mulai terasa saat ini, karena kemajuan dunia pariwisata super premium dan dampak dari keajaiban binatang purba Komodo yang sudah mendunia. Kita terasa tergiur dengan harga tanah yang melangit. Lama kelamaan kehidupan anak cucu kita bergeser ke bawah kaki mbeliling. Sebab, semua tawaran dari hotel berbintang dan restoran mewah hanya senang sekejab saja maka harta benda digadai dan dijual, iman ngoyah, ekonomi, dan sosial budaya lokal digoyang.