Rare Earth Elements (REE) & Rencana Tambang Gamping Di Matim

(bagian 3 dari 4 tulisan)

Warga desa menyapu tailing
Gambar 1. Warga desa menyapu tailing sisa bijih mineral di dekat pabrik peleburan REE di Desa Xinguang, pinggiran kota Baotou, Inner Mongolia, Tiongkok, 31 Oktober 2010 (Foto: David Grey / Reuters).

 

Selasa 12 Maret 2013 di Washington, Amerika Serikat (AS), Director of National Intelligence (DNI), James R. Clapper, merilis testimoni kepada U.S. Senate Select Committee on Intelligence (komite Senat AS bidang intelijen) : “… rare earth elements (REE) are essential to civilian and military technologies and to the 21st century global economy, including the development of green technologies and advanced defense Systems.” (Clapper /DNI, 2013).

Meskipun Department of Energy (DoE) Amerika Serikat (AS) berupaya menemukan alternatif (misalnya bahan nano) untuk REE, khususnya bahan untuk magnet permanen, namun upaya DoE itu belum berhasil menggati REE (Piesing, 2013). Oktober 2017, ahli REE Linda Wang dkk (2017) asal Purdue University merilis inovasi teknologi ekstrak REE dari limbah ash batu-bara.

BACA JUGA:
Soal Balon Udara, AS Dituduh Langgar Wilayah Udara China 10 Kali
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More