Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat kata dan perbuatan Papa dan Mama menjadi satu
Tini minta karet
Untuk mengikat Papa dan Mama
Agar seia sekata, sehati sejiwa sampai mati
Tini minta karet
Untuk mengikat uang Papa dan Mama
Agar tidak terhambur di tempat judi
Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk menyatukan hati dan pikiran Papa dan Mama
Dalam hati Yesus
Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat Papa dan Mama setiap hari
di bawah kaki salib
Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat Papa dan Mama
Dekat kaki Bunda Maria
Akhirnya Tuhan Yesus
Tini minta karet
Untuk mengikat satukan kami sekeluarga
Agar bahagia selalu
Amin.
(Edi Menori, Dalam We Have A Dream, Bunga Rampai Sastra, Teatet Tanya Ritapiret, 1999 : 119 – 121)
Karya – karya sastra yang hadir di dalam realitas hidup manusia merupakan ungkapan ekspresif manusia berupa tulisan atau lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman hingga ke perasaan yang direfleksikan dan dalam bentuk yang imajinatif. Dengan itu, karya – karya sastra merupakan representasi dari realitas yang dikemas secara estetis dan terungkap lewat bahasa. Ringkasnya, karya – karya sastra merupakan realitas yang diberi arti secara estetis melalui bahasa.
Terima kasih atas ulasannya. Sedikit bertanya tentang kutipan pernyataan Rene Descartes: ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”. Saya mendalami filsafat Descartes, namun tidak menemukan pernyataan itu. Setahu saya, hanya Socrates yang pernah membuat pernyataan sejenis, tetapi bukan seperti yang dikutip penulis. Socrates berseloroh demikian: ” Hidup yang tidak direfleksikan, tidak layak dihidupi ”. Bukan seperti yang dikutip penulis ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”