Memilih untuk membangun kehidupan berumah tangga adalah soal pilihan. Tetapi, ketika pilihan itu sudah final, maka, menjaga kesetiaan dan keharmonisan menjadi tanggung jawab bersama dalam menata kehisupan berumah tangga. Adalah sebuah penyangkalan, bila saja ada yang menyebut bahwa dalam menata hidup berumah tangga, persoalan tak perlu hadir. Setiap rumah tangga, persoalan itu ada. Cara meminimalisir dan mengurai persoalan secara solutif dan dewasa, menjadi hal penting yang mesti dibangun.
Dewasa ini, banyak problem yang dihadapi oleh banyak keluarga yang berujung broken. Bisa jadi miskomunikasi menjadi pemicunya. Barangkali, orang tidak meyakini bahwa membangun komunikasi yang baik adalah kunci menata kesetiaan dan keharmonisan hidup berumah tangga. Sebesar apa pun persoalan, tentu ada celah kecil yang solutif untuk mendamaikan persoalan.
Nah, dalam konteks yang demikian, Edi Menori dengan Puisi ” Tini Minta Karet ” mengkritik dan menawarkan solusinya. Ringkasnya pada bagian ini, Tini yang ekspresif dengan satu kerinduan : Papa dan Mama yang tidak seia sekata, sehati dan sejiwa, dalam kata dan perbuatan, yang begitu royal dengan materi, mesti direkonsiliasi secara rohani ( doa ).
Terima kasih atas ulasannya. Sedikit bertanya tentang kutipan pernyataan Rene Descartes: ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”. Saya mendalami filsafat Descartes, namun tidak menemukan pernyataan itu. Setahu saya, hanya Socrates yang pernah membuat pernyataan sejenis, tetapi bukan seperti yang dikutip penulis. Socrates berseloroh demikian: ” Hidup yang tidak direfleksikan, tidak layak dihidupi ”. Bukan seperti yang dikutip penulis ” Hidup yang tidak dihidupi, tidak layak dihidupi ”