Puisi-Puisi Onsi GN

Pelan-pelan logika kita terpapar warta
Dari cerita yang penuh kebisingan sampai pada humor di bawah lampu trotoar.
Logika hampir luka dan kita pun lupa bahwa cerita kita tak di dengar dan kita dipaksa untuk biasa-biasa saja.

Ini bukan tentang karang dan kayu yang diujicobakan
Ini tentang lima ribu lambaian yang hampir berkesudahan.
Namun tak ada tatap yang berkiblat.

Dari timur, pintu bertuliskan tunggu
Kami menikmati polesan bunga di taman kota yang seakan menutup semua luka. Bisa saja, menggambarkan bahwa kita tak punya luka. Hahaha estetika di tengah luka

Sekian saja
Selebihnya kau gambarkan dalam luka.
Cukup luka. Jangan pernah lupa, karena gigil kita menjadi kerikil di taman berbunga itu

Teka-Teki Pandemi

Rumah penuh raga kini tertekan berita
Ada yang luka karena cerita
Ada yang duka karena drama media
Ada yang tertutup mata karena enggan bertanya.
Rangkak tombak di atap jarak membuat semuanya termakan daya
Macam-macam kebijakan ditegakkan untuk mencari kenyamanan walau sedikit membingungkan
Diksi-diksi diungkapkan seakan menakutkan,
Gerobak-gerobak kebijakan kini macet di persimpangan jalan seakan semuanya tak mau melihatnya.
Roda-roda kehidupan mulai membelokkan putarannya dalam rotasi Pandemi yang kini tak tahu harus dinamakan apa?

Bayi-bayi lahir di masa ini, apakah mereka yang menceritakan semuanya ini?
Jiwa-jiwa pun pulang dalam keadaan tegar, apakah mereka akan mengakhiri semuanya ini?
Dan kita pun hidup dalam situasi ini, penuhi jawaban walau tak ada pertanyaan
Penuhi batin karena temali teka-teki tak diuntungkan

BACA JUGA:
Yang Tercecer dari Valentine’s Day Arie Kriting dan Indah, Sentil Kisah Beauty & The Beast
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More